(Oleh: Dwi Prasetyo Rahardjo, S.P., C.PI – Alumni Fak. Pertanian UGM)
Bacaan: Yohanes 9: 1 – 41
Jawabnya: “Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat” (Yohanes 9:25)
Ada perubahan dalam kehidupan seseorang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Bukan hanya sekedar perubahan fisik, tetapi perubahan hidup atau perubahan karakter. Perubahan karakter inilah yang lebih penting.
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan, mereka melihat seorang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada Yesus, siapa yang berdosa sehingga ia dilahirkan buta: orang tuanya atau orang itu sendiri. Jawaban yang diberikan oleh Yesus sungguh di luar pemikiran mereka karena Yesus mengatakan: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” (ayat 3). Yesus pun menyembuhkan orang buta itu dengan cara yang ‘tidak biasa’ (ayat 6-7).
Mengetahui bahwa orang buta itu sudah bisa melihat, banyak di antara mereka yang meragukan apakah dia adalah orang buta sejak lahir yang mereka kenal selama ini. Tetapi orang yang tadinya buta itu berkata: “Benar, akulah itu” (ayat 9). Orang-orang Yahudi yang menyaksikan itu pun tidak percaya. Dikatakan dalam ayat 18: “Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya”.
Mereka sudah bertanya kepada orang buta tersebut secara langsung, dan sekarang mereka minta konfirmasi dari orangtuanya. Mereka seperti membutuhkan saksi lain yang bisa menguatkan keraguan mereka. Ketika ditanya apakah betul itu anak mereka, mereka menjawab apa adanya: “Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan bahwa ia lahir buta” (ayat 20a). Jadi fakta bahwa orang ini tadinya buta dan sekarang bisa melihat, tidak bisa disangkal lagi.
Walaupun kesaksian orangtuanya benar ternyata ada alasan yang melatar-belakangi jawabannya: “Orangtuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi” (ayat 22a). Orangtuanya ini takut kepada orang-orang Yahudi, “sebab orang-orang Yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengaku Dia sebagai Mesias, akan dikucilkan” (ayat 22b). Tetapi orang buta yang disembuhkan Yesus itu telah memberikan kesaksiannya secara gamblang, tidak hanya dengan perkataannya tetapi juga dengan bukti kesembuhannya.
Orang yang buta sejak lahir ketika bertemu dengan Yesus mengalami perubahan fisik, yaitu dari tidak bisa melihat menjadi bisa melihat. Tetapi ketika dia ‘berjumpa secara pribadi’ dengan Yesus, dia mengalami perubahan secara rohani. Dia mengatakan, “Aku percaya, Tuhan!” Lalu ia sujud menyembah-Nya (ayat 38). Dia juga bercerita kepada orang-orang lain bagaimana Yesus sudah menyembuhkan matanya secara ajaib.
Hasil pertumbuhan rohani seorang murid akan menghasilkan buah Roh, yaitu kehidupan yang memiliki karakter Yesus. Kita masing-masing bisa mendaftarkan perubahan karakter apa sajakah yang kita alami ketika kita sudah menyerahkan hidup kita kepada Tuhan. “Aku tadinya… dan sekarang…”. Perubahan karakter yang kita alami akan dilihat atau dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita. Mungkin orang lain akan bertanya kepada kita mengapa itu bisa terjadi, dan kita dapat bersaksi kepada mereka bagaimana perjumpaan pribadi kita dengan Yesus sehingga ada perubahan karakter yang kita alami.
Banyak orang di sekitar kita yang masih buta secara rohani. Mereka perlu berjumpa secara pribadi dengan Yesus supaya mereka tidak buta lagi. Karena mereka buta, mereka perlu dituntun. Mungkin kitalah yang akan dipakai oleh Tuhan untuk ‘menuntun dan mengantarkan’ mereka kepada Yesus. Siapkah kita dipakai oleh Tuhan?
0 Comments