INNOVATION HOPE

by | Jul 17, 2024 | Perspektif | 0 comments

Masa Depan Kreativitas: Revolusi Regenerative AI

Oleh: Sigit B. Darmawan, S.T.,M.B.A.

(Alumni Fakultas Teknik UGM dan anggota Dewan Pengawas KKA GAMA)

Kreativitas adalah jiwa dari inovasi. Tanpa kreativitas, dunia akan terjebak dalam stagnasi. Namun, apa jadinya jika kreativitas tidak lagi hanya menjadi milik manusia? Apa jadinya jika mesin pun mampu menciptakan, berimajinasi, bahkan memperbarui dirinya sendiri? Inilah pertanyaan yang membawa kita ke tengah revolusi teknologi baru: regenerative AI.

Regenerative AI, atau kecerdasan buatan regeneratif, bukan sekadar lanjutan dari AI yang kita kenal. Ini adalah langkah besar dalam evolusi teknologi. AI tradisional dirancang untuk melakukan tugas-tugas spesifik berdasarkan data dan algoritma yang telah ditentukan. Namun, regenerative AI melangkah lebih jauh. Ia mampu belajar, beradaptasi, dan menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, dengan caranya sendiri.

Mari kita lihat sebuah contoh. Dunia seni telah lama dianggap sebagai benteng terakhir kreativitas manusia. Namun, regenerative AI telah membuktikan bahwa ia juga mampu berkarya. Di tahun 2018, lukisan “Portrait of Edmond de Belany” yang sepenuhnya diciptakan oleh AI terjual seharga $432.500. 40 kali lebih tinggi dari estimasi awal, di balai lelang, Christie’s. Potret tersebut dihasilkan oleh algoritma Generative Adversarial Network (GAN) yang dikembangkan oleh seniman Perancis, Obvious.  

“Everydays: The First 5000 Days” adalah karya seni digital AI yang diciptakan oleh seniman Mike Winkelmann “Beeple”. Karya ini adalah kolase dari 5000 gambar yang dibuat Beeple setiap hari selama lebih dari 13 tahun. Maret 2021, “Everydays: The First 5000 Days” dijual sebagai token non-fungible (NFT) di rumah lelang Christie’s seharga $69,3 juta, menjadikannya salah satu karya seni digital termahal yang pernah terjual. Penjualan ini menandai momen penting dalam dunia seni digital dan NFT. 

Karya AI dalam seni bukan hanya mengesankan hasil akhirnya, tetapi juga proses kreatif di baliknya. AI tersebut mampu belajar dari berbagai gaya seni, beradaptasi, dan akhirnya menciptakan sebuah karya yang “orisinal”. Tentu saja, ini menimbulkan pertanyaan etis. Apakah kita siap menerima bahwa mesin bisa menjadi seniman? Bagaimana nasib para seniman manusia? 

Pertanyaan-pertanyaan ini penting dan harus dijawab dengan hati-hati. Namun, kita tidak bisa menutup mata terhadap potensi yang ditawarkan oleh regenerative AI.

**

Di dunia bisnis, regenerative AI juga membuka pintu bagi berbagai inovasi. Dalam industri fashion, misalnya, AI mampu merancang pakaian yang tidak hanya mengikuti tren, tetapi juga menciptakan tren baru. Perusahaan-perusahaan teknologi mulai memanfaatkan AI untuk mengembangkan produk-produk baru yang revolusioner, dari perangkat lunak hingga perangkat keras.

Sekolah-sekolah mulai memanfaatkan Regenerative AI untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif. Guru-guru sekarang punya alat baru untuk meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Namun, revolusi ini tidak datang tanpa tantangan. Regenerative AI memerlukan data dalam jumlah besar dan infrastruktur komputasi yang kuat. Selain itu, ada juga kekhawatiran (dan kasus pelanggaran) tentang privasi dan keamanan data. Teknologi AI Regenerative ini harus bisa digunakan dengan bijak dan bertanggung jawab. 

Regenerative AI adalah gambaran masa depan yang penuh dengan kemungkinan. Ia membawa harapan sekaligus tantangan. Jika kita bisa memanfaatkannya dengan baik dan tepat, kita akan melihat revolusi kreatif yang belum pernah ada sebelumnya.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ARTIKEL

Perspektif Lainnya

Perspektif: Mengimplementasikan Nilai-nilai Kristiani di Dunia Kerja

Perspektif: Mengimplementasikan Nilai-nilai Kristiani di Dunia Kerja

(Oleh: Ir. Otniel Sintoro, M.M) Di dunia Barat, semakin banyak perusahaan yang mengintegrasikan spiritualitas ke dalam marketplace (dunia kerja). Riset bisnis menunjukkan bahwa ada korelasi kuat antara spiritualitas seorang karyawan dengan komitmen organisasi,...

PERSPEKTIF : KEPEMIMPINAN GEMBALA

PERSPEKTIF : KEPEMIMPINAN GEMBALA

(Oleh : Pdt. Sundoyo, S.Si., M.B.A.) Keyser (2017) menyatakan bahwa istilah ‘kepemimpinan gembala’ harus membawa kita kembali pada permulaan istilah ini. Keyser menyatakan : “Shepherd leadership goes back to the beginning of time – “The Lord is our shepherd.” A...

Turun Status seperti Yesus

Turun Status seperti Yesus

(Oleh: Yoseph Tria Nospindarta*) Tahun ini Tuhan mengijinkan saya dan anak saya mengalami penyakit cacar sebelum masa Paskah usai. Dimulai dari anak bungsu yang mengharuskannya tidak bersekolah selama 2 minggu, lalu diikuti anak pertama saya dengan penyakit yang sama....