Saya Debby Ratnasari alumni Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian tahun 2014. Bisa menempuh Pendidikan di Universitas Gadjah Mada adalah cita-cita saya sejak kecil namun ternyata jalan yang harus saya tempuh tidak mudah juga. Saya bersekolah dari TK di sekolah Bentara Wacana, sekolah swasta Kristen di Muntilan. Saat di jenjang SMP saya ingin melanjutkan SMA di sekolah negeri di Yogyakarta. Karena menurut saya waktu itu sekolah di negeri favorit adalah hal keren dan jika saya bersekolah di sekolah negeri, saya akan memiliki peluang yang lebih besar untuk masuk di universitas negeri. Tetapi harapan saya untuk sekolah di sekolah negeri Yogyakarta tidak diijinkan oleh orang tua karena harus kos. Boleh sekolah di sekolah negeri tetapi di Magelang, sehingga tidak perlu kos, saya bisa pulang pergi setiap hari. Namun hati saya waktu itu sudah kagol , ya sudahlah saya sekolah lagi di tempat yang sama saja. Saat itu saya diingatkan oleh seorang guru saya untuk tetap memberikan yang terbaik di manapun saya berada. Sayapun juga mendapatkan renungan yang terus saya ingat sampai sekarang, “Ke mana saja Tuhan asal bersama Engkau ku tahu itu lebih dari cukup”.
Lulus SMA tahun 2013 ternyata saya gagal masuk ke UGM, universitas pilihan saya melalui jalur undangan (SNMPTN) dan jalur tulis (SBMPTN). Saat itu ada salah satu teman kelas yang bertanya kepada saya, “Apa kamu kecewa sekolah SMA di sini? Mungkin kalau kamu dulu di SMA negeri bisa aja lho masuk UGM lewat jalur undangan.” Waktu itu saya bisa jawab bahwa saya tidak kecewa, meskipun terkadang masih terbesit pikiran “Andai saja dulu….”
Kegagalan saya masuk ke universitas negeri pilihan saya akhirnya membuat saya masuk ke universitas swasta, tetapi di sana saya terus ingin keluar padahal baru saja masuk, baru saja ospek. Saya hanya bertahan 1 bulan. Sungguh memalukan dan membuat hati orang tua saya sedih dan marah. Sayapun merasa ada di titik bawah, selama ini dikenal seorang yang berprestasi namun gagal masuk ke universitas bahkan akhirnya keluar hanya dalam waktu 1 bulan. Saya coba bangkit lagi dan terus berjuang, selama gap year setahun saya diberi kesempatan oleh guru saya untuk menjadi tutor buat adik-adik kelas saya. Saat itu saya berpikir ini kesempatan baik selain saya ikut kursus intensif untuk SBMPTN 2014 dengan menjadi tutor saya juga bisa terus belajar.
Puji Tuhan SBMPTN 2014 saya lolos jurusan pilihan pertama saya, yaitu TPHP. Jika saya ingat Kembali perjalanan hidup saya, meskipun saat itu mungkin saya merasa sedih dan kecewa, tetapi saya tetap percaya sesuatu yang baik akan menanti di depan jika saya terus berjalan bersama Tuhan. Tetap sekolah di kota Muntilan tentu saja membuat saya lebih punya banyak waktu bersama orang tua, 1 tahun gap year membuat saya banyak belajar dan beradaptasi dari dunia sekolah, kuliah, maupun kerja, memberi saya waktu lebih lagi untuk jurusan yang ingin saya ambil; saya diterima di TPHP tahun 2014 membuat saya menempuh Pendidikan di jurusan yang bukan saya pilih di tahun 2013, tetapi memberi saya kesempatan belajar dan bertemu dengan teman-teman yang luar biasa juga pengalaman belajar di Jepang.
“Setia pada proses, berikan yang terbaik, andalkan Tuhan” Pelajaran yang saya terima dari saya sekolah dan terus saya imani hingga saat ini. Di balik semua kekecewaan, kesedihan dan kesulitan hidup yang dihadapi, teruslah berpegang padaNya, sesuatu yang baik menanti di depan.
0 Comments