Ketika Logika Tidak Cukup …

by | Aug 9, 2024 | Renungan | 0 comments

“Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah—yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan tidak membangkit-bangkit—maka hal itu akan diberikan kepadanya.” (Yakobus 1:5)

Dalam dunia profesional yang dinamis dan sering kali penuh tekanan, kita sering dihadapkan pada berbagai keputusan penting. Dari keputusan strategis di tempat kerja hingga keputusan pribadi yang mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari, setiap langkah yang kita ambil bisa membawa dampak besar. Logika dan pengalaman sering menjadi andalan dalam pengambilan keputusan, namun adakalanya keduanya tak cukup memberikan jawaban yang kita butuhkan. Di sinilah peran hikmat Tuhan menjadi krusial.

Yakobus 1:5 memberikan janji yang luar biasa: apabila kita kekurangan hikmat, kita dapat memintanya kepada Tuhan yang memberi dengan murah hati. Ini adalah pengingat bahwa hikmat sejati berasal dari Tuhan, bukan dari diri kita sendiri. Hikmat Tuhan memungkinkan kita untuk melihat sesuatu dari perspektif-Nya, yang melampaui pengetahuan dan logika manusia.

“Hikmat Tuhan memungkinkan kita untuk melihat sesuatu dari perspektif-Nya, yang melampaui pengetahuan dan logika manusia”.

Mengapa Hikmat Tuhan Diperlukan?

Hikmat Tuhan dibutuhkan karena logika kita terbatas. Sebagai manusia, kita hanya bisa melihat sebagian dari gambar besar. Keputusan yang tampaknya logis dan benar di mata kita bisa saja membawa dampak yang tak terduga jika kita tidak melibatkan Tuhan. Hikmat Tuhan tidak hanya mempertimbangkan apa yang tampak di permukaan, tetapi juga apa yang ada di baliknya—hal-hal yang mungkin tidak kita sadari.

Dalam dunia profesional, kita sering kali menghadapi situasi yang kompleks dan penuh dengan variabel yang tidak dapat diprediksi. Memilih strategi bisnis yang tepat, menangani konflik di tempat kerja, atau memutuskan langkah karir berikutnya adalah contoh keputusan yang memerlukan lebih dari sekadar logika. Hikmat Tuhan memberikan kita kepekaan untuk memahami kapan harus melangkah maju dan kapan harus menunggu, kapan harus berbicara dan kapan harus diam.

Cara Meminta Hikmat Tuhan

Meminta hikmat dari Tuhan adalah tindakan iman yang sederhana namun sangat berarti. Doa yang tulus adalah langkah pertama dalam mencari hikmat-Nya. Kita bisa berdoa, “Tuhan, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Tolong berikan hikmat-Mu agar aku bisa membuat keputusan yang sesuai dengan kehendak-Mu.” Dalam momen ini, kita mengakui keterbatasan kita dan meletakkan kepercayaan sepenuhnya pada Tuhan.

Selain berdoa, merenungkan Firman Tuhan secara rutin juga penting. Firman Tuhan adalah sumber hikmat yang tak habis-habisnya. Ketika kita mengisi pikiran kita dengan Firman Tuhan, kita memberikan Roh Kudus alat yang Ia butuhkan untuk mengarahkan langkah kita. 

Tidak kalah pentingnya adalah terbuka terhadap bimbingan Roh Kudus dan nasihat dari sesama orang percaya. Tuhan sering berbicara melalui mereka di sekitar kita. Mendengarkan nasihat dari saudara seiman yang lebih berpengalaman atau mentor rohani bisa menjadi cara lain untuk memperoleh hikmat dalam pengambilan keputusan.

Mengandalkan Hikmat Tuhan dalam Setiap Keputusan

Setiap hari, kita dihadapkan pada banyak keputusan, besar maupun kecil. Meskipun kita sering merasa percaya diri dengan kemampuan kita sendiri, mari ingat bahwa hikmat Tuhan adalah kompas yang menuntun kita pada keputusan yang benar. Dengan mengandalkan hikmat-Nya, kita dapat membuat keputusan yang tidak hanya baik tetapi juga membawa damai sejahtera.

Sebagai profesional Kristen, mari kita selalu mencari hikmat Tuhan dalam segala hal. Dengan meminta kepada-Nya, merenungkan Firman-Nya, dan terbuka terhadap bimbingan-Nya, kita akan mampu berjalan dalam jalan-Nya dan membuat keputusan yang memuliakan Dia dalam setiap aspek kehidupan kita.

“Ketika logika tak lagi memberi jawaban, hikmat Tuhan adalah kompas yang menuntun kita pada keputusan yang benar.”

Ditulis oleh:

apt. Edi Joko Santoso, M.M., CPS.

Alumni Fakultas Farmasi UGM, saat ini menjadi Direktur Sekolah Kristen Kalam Kudus Yogyakarta

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RENUNGAN

RENUNGAN Lainnya

KESAKSIAN: SETIA PADA PROSES

KESAKSIAN: SETIA PADA PROSES

Saya Debby Ratnasari alumni Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian tahun 2014. Bisa menempuh Pendidikan di Universitas Gadjah Mada adalah cita-cita saya sejak kecil namun ternyata jalan yang harus saya tempuh tidak mudah juga. Saya...

APAKAH YANG ENGKAU MAU? TEGUHKANLAH HATIMU!

APAKAH YANG ENGKAU MAU? TEGUHKANLAH HATIMU!

(Markus 10:46–52) Oleh: Pdt. Setyo Pranowo, S.Si.Teol.* Bartimeus adalah seorang penyandang disabilitas dalam penglihatan. Ia buta. Untuk menyambung hidupnya, ia melakukan pekerjaan sebagai pengemis dengan duduk di pinggir jalan dan menanti kemurahan hati orang-orang...