Oleh : Kolonel Esra K. Sembiring, S.IP.,M.AP.,M.Tr (Han).
Pertanyaan menarik dan mengusik bahkan mungkin menakutkan bagi setiap mantan aktivis kampus UGM dimanapun saat ini adalah apakah ada relevansi/dampak tingkat keaktifan dalam mengikuti organisasi kemahasiswaan selama menjadi mahasiswa UGM dengan keberhasilan dalam lingkungan pengabdian saat ini (setelah lulus kuliah) dan pertanyaan kritis lanjutannya adalah apakah ada pelajaran berharga yang dapat dipetik dari mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa/Senat Mahasiswa/BEM/UKM dan aktivitas organisasi kemahasiswaan lainnya tersebut sehingga kemudian dapat menghadirkan tipe kepemimpinan nasional yang ideal di bumi persada Indonesia tercinta yang de facto sejak awal pembentukannya memang sangat heterogen ini ?.
Jawaban “ngeles” nya tentu debatable, dan pasti juga akan dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan pilihan pengabdiannya. Salah satu jawaban ilmiahnya bagi penulis yaitu dengan upaya mengkolaborasikan berbagai pengalaman selama aktif di organisasi kemahasiswaan UGM itu sehingga lebih inovatif dan mampu/kritis menjadi pengawal demokrasi Indonesia ditengah pertarungan berbagai ideologi asing yang bertentangan dengan Pancasila. Sesuai bidang tugas pengabdian kita masing-masing.
Sebagai contoh, dalam menjawab pertanyaan klasik “,Apa upaya yang bisa ditempuh oleh negara yang besar dan heterogen seperti Indonesia ini untuk mampu bertahan ditengah kecamuk kompetisi pertarungan ideologi politik global ?”. jawaban singkatnya adalah, Ketahanan Nasional yang kuat !. Lalu, mungkinkah ketahanan nasional yang kuat dapat dicapai bila pemahaman wawasan kebangsaan sebagian aparatur atau warga negaranya tidak sama, tidak selaras dengan pemahaman wawasan kebangsaan yang tercerminkan pada ideologi negaranya ?..
Dimana urgensinya ?.
Bagi sebagian generasi muda termasuk mahasiswa saat ini, wawasan kebangsaan bukan merupakan sesuatu yang menarik untuk dibahas. Disinilah masalahnya. Globalisasi yang menembus batas-batas negara telah mengaburkan persepsi dan wawasan kebangsaan, sesuatu yang justru merupakan hal yang sangat esensial dalam mempertahankan eksistensi dan kedaulatan negara. Dunia saat ini dihadapkan dengan proxy war yaitu perang yang dilakukan oleh pihak ketiga tanpa keterlibatan langsung pihak yang berkepentingan.Dan tidak menutup kemungkinan bisa saja mengambil bentuk dalam dimensi yang belum terpikirkan. Sangat mungkin terjadinya polarisasi dalam pemahaman wawasan kebangsaan aparaturnya seperti sekarang ini adalah salah satu bentuk keberhasilan strategi proxy war nya. Celah politis yang bisa berdampak ideologis.
Apakah dapat dibenarkan pernyataan yang menyatakan adalah ”lebih penting memiliki aparat yang memiliki integritas dan kualitas yang tinggi, walaupun wawasan kebangsaannya ternyata tidak atau belum memenuhi persyaratan ?”. Tuntutan terhadap pemahaman wawasan kebangsaan tidak saja bagi aparatur negaranya saja tapi juga kepada seluruh warga negaranya. Tuntutan yang logis dan wajar saja agar suatu negara tidak terperosok menjadi negara gagal.
Meremehkan pentingnya kesamaan pemahaman wawasan nusantara bagi aparatur dan seluruh warga negaranya artinya sama saja dengan membiarkan potensi celah keretakan bangsa yang seharusnya dapat teratasi namun dibiarkan saja terjadi didepan mata. Harus dijaga bersama. selalu diingatkan, Indonesia adalah Negara Kesatuan (NKRI), yang berlandaskan hukum UUD 1945, berideologikan Pancasila yang mengakui Kebhinekaan Tunggal Ika. Kesepakatan nasional Indonesia yang sudah final. Sehingga bagi siapapun yang tidak mau menerima kesepakatan final tersebut seharusnya mencari ditempat (negara) lain yang sesuai dengan selera nya. Contoh kecil masih terdapatnya radikalisme yang tumbuh dalam masyarakat adalah menjadi pekerjaan rumah bersama yang tidak mungkin efektif bila hanya dipasrahkan kepada lembaga negara saja. Kita semua harus mau terlibat aktif mengawal NKRI agar tidak lekang ditelan zaman.
Semua kita yang sudah dipilih Tuhan untuk mengecap ilmu di UGM bukanlah tanpa tujuan dan rencana Tuhan, karena sesungguhnya untuk kemuliaan Tuhan Yesus itulah kita ada dan diberikan tanggungjawab besar ini. .
Hidup ini adalah kesempatan. Bila Saatnya nanti, ku tak berdaya lagi. Hidup ini sudah jadi Berkat.
0 Comments