PERAN  MAHASISWA DAN ALUMNI UGM

by | Nov 16, 2023 | Perspektif | 0 comments

Prof.  Dr. Ir. Sunarru Samsi Hariadi, M.S.

Guru Besar di Fakultas Pertanian/Sekolah Pascasarjana UGM.

Kita tentu masih ingat ketika pertama kali masuk kampus UGM, betapa bahagianya diterima sebagai keluarga Universitas Gadjah Mada. Sebagai mahasiswa baru, tentu juga ingat akan kebesaran nama Gadjah Mada sang Mahapatih  yang berhasil mempersatukan nusantara yang kemudian menjadi Indonesia raya. Maka tentu tidak asing lagi ketika   mahasiswa UGM meresapi  pemahaman nilai nilai ke UGM an, dan menyadari   bahwa UGM adalah sebagai universitas nasionalis, universitas perjuangan, universitas pancasila, universitas kerakyatan, dan sekaligus sebagai universitas pusat kebudayaan.  Sebagai universitas nasional yang bermakna mempertahankan dan mengembangkan kesatuan dan persatuan bangsa serta mempertahankan NKRI yang diproklamirkan pada tgl 17 Agustus 1945, sementara itu realitas para mahasiswa UGM juga berasal dari berbagai daerah di Indonesia serta alumni yang mengabdi/ berkarya menyebar di berbagai daerah nusantara sesuai dengan bidangnya masing-masing.

      Sementara itu, nama mahapatih Gadjah Mada  yang merupakan nama universitas memberikan makna bagi mahasiswa dan civitas akademikanya.  Sejumlah ajaran Mahapatih Gadjah Mada  yang relevan bagi UGM seperti yang digambarkan oleh Ir. Soekarno presiden dan pendiri UGM (Santoso, 2019*) antara lain meliputi:

  1. Trisna, tan satrisna (jangan pilih kasih)

Dalam pergaulan, para mahasiswa dan tentu sesudah menjadi alumni, selalu mengedepankan relasi pergaulan dengan semua orang dan tidak pilih kasih, semua diajak bekerjasama dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia.

  1. Haniakan musuh (mengenyahkan musuh; imperialisme, kolonialisme, dan kapitalisme)

Ketika dididik di universitas perjuangan, maka berjuang adalah sesuatu didalam proses kehidupan, dengan demikian para mahasiswa dan tentu sesudah menjadi alumni sudah terbiasa dalam  berjuang mengenyahkan musuh, imperialisme, kolonialisme, namun dewasa ini musuh terbesar kita adalah kemiskinan, ketidak adilan, yang perlu dienyahkan.

  1. Satya haprabu (setia kepada negara)

Setia kepada negara, sesuatu komitment yang sudah terbiasa dan perlu  difahami oleh mahasiswa dan alumni, bekerja dan berkarya terus  untuk negara kesatuan Republik Indonesia, untuk mewujudkan cita-cita kemakmuran dan kesejahteraan  bangsa Indonesia.

  1. Ginong prati dina (dibuat besar saban hari/ produktif inovatif)

Sesuatu yang sudah biasa dalam pendidikan bagi para mahasiswa untuk kerja keras dan mengembangkan ide-ide baru melalui kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, berbasis teori dan aplikasi praktek,  selalu ingin mencari sesuatu yang baru, memperbaiki dan terus memperbaiki setiap hari, ber inovasi dan produktif, kreatif (“ginong prati dina”), filosofi inilah yang menjadikan salah satu “power” yang disampaikan kepada para mahasiswa dan melekat pada para alumni UGM, sehingga menjadikan alumni UGM ber-peran dalam kehidupan masyarakat dimana ia berada, berkarya untuk kesejahteraan masyarakat tanpa pilih kasih untuk kejayaan  bangsa dan negara,  menjadikan alumni selalu berperan sebagai  “key person” ataupun “leader” atau dengan bahasa lain sebagai “lilin terang” dan “garam dunia” di tengah  masyarakat plural  dimana alumni berkarya.

       Ketika kita memasuki kawasan Universitas Gadjah Mada, tentu kita pernah melihat “cemara tujuh”, yang merupakan 7 pohon cemara yang ditanam di sebelah selatan Gedung Pusat UGM, tentu itu bukan berarti kebetulan saja.  Cemara 7 melambangkan sifat Sapta Resi (sifat begawan yang tujuh) yang meliputi:

  1. Jujur
  2. Enggan berbuat jahat
  3. Enggan menyalahi janji
  4. Enggan memakai/ memakan  barang yang tidak halal
  5. Tidak suka pujian
  6. Tidak suka kepada yang kotor
  7. Tidak suka segala macam barang pesolek

Selama beberapa tahun menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada, tentu pernah merasakan sejuk dan nyamannya ketika melewati cemara tujuh, dan tentu ini menjadi inspirasi alumni dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat dimanapun ditempatkan ketika berkarya, paling tidak suatu harapan UGM untuk para mahasiswa dan para alumninya   berperilaku jujur, tidak mau berbuat jahat, tidak mau menyalahi janji bila berjanji, tidak mau memanfaatkan barang yang tidak sah/halal, tidak suka pujian, tidak menyukai sesuatu yang kotor/ tidak baik dan tidak suka pesolek untuk citra diri.  Pola perilaku inilah yang menjadikan para anak didik dan lulusan UGM diterima oleh masyarakat dimana dia ditempatkan, menjadi daya tarik dan image bahwa alumni UGM sederhana dan merakyat, pekerja keras dan berkarya untuk masyarakat.

       Mari kita para alumni, mengingat kembali “Hymne Gadjah Mada” untuk menyemangati dalam kehidupan sehari hari, tidak hanya berjanji, tetapi realisasi  karya nyata untuk memenuhi bakti kepada ibu pertiwi dengan semangat persatuan  dan menjunjung tinggi kebudayaan dan kejayaan Nusantara tercinta.

Hymne Gadjah Mada

Lagu : Suthasoma

Arr   : Kusbini

Bakti kami mahasiswa Gadjah Mada semua

                                         ku berjanji memenuhi panggilan bangsaku

                                         di dalam Pancasilamu jiwa seluruh nusaku

kujunjung kebudayaanmu kejayaan Indonesia

Bagi kami almamater kuberjanji setia

kupenuhi dharma bakti tuk ibu pertiwi

         di dalam persatuanmu jiwa seluruh bangsaku

            kujunjung kebudayaanmu kejayaan Nusantara

                                                                                 &&&&

*) disampaikan dalam kuliah umum Ps Pascasarjana Hukum UGM 2019 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ARTIKEL

Perspektif Lainnya

Perspektif: Menjaga Kerohanian Tetap Segar di Tengah Kebisingan Dunia

Perspektif: Menjaga Kerohanian Tetap Segar di Tengah Kebisingan Dunia

(Naomi Fortuna Kaber, ST., MCM.) Pengantar Dulu waktu mahasiswa, mungkin banyak alumni yang masih senang dengan kegiatan membaca Alkitab, berdoa, persekutuan dan pelayanan. Namun ketika memasuki dunia alumni, prioritas mereka bisa berubah. Tetapi selalu ada cara Tuhan...

Perspektif: Ketika Olok-olok Menjadi Luka di Tengah Kemiskinan

Perspektif: Ketika Olok-olok Menjadi Luka di Tengah Kemiskinan

(Sigit B. Darmawan)* Seorang anak kecil duduk di trotoar, memeluk perut kosongnya sambil menatap ibunya yang berjualan di pinggir jalan. Sang ibu menjual sebungkus nasi atau segelas teh manis. Pemandangan ini mungkin terlalu biasa bagi kita.  Tetapi di balik itu...

Perspektif: Mengimplementasikan Nilai-nilai Kristiani di Dunia Kerja

Perspektif: Mengimplementasikan Nilai-nilai Kristiani di Dunia Kerja

(Oleh: Ir. Otniel Sintoro, M.M) Di dunia Barat, semakin banyak perusahaan yang mengintegrasikan spiritualitas ke dalam marketplace (dunia kerja). Riset bisnis menunjukkan bahwa ada korelasi kuat antara spiritualitas seorang karyawan dengan komitmen organisasi,...